Monday, July 05, 2010

0 MAKNA AT-TALFÎQ


Talfîq adalah: menghitung satu masa haid dengan masa haid yang lainnya, yang mana diantara kedua masa haid tersebut terdapat masa suci. Makna ini berdasarkan pendapat yang telah disebutkan oleh Ibnu Qudâmah r.a dalam kitabnya al-Mughni (1/359), lalu Beliau berkata: sesungguhnya telah kami sebutkan bahwa masa bersih yang terjadi ketika (disela-sela) masa haid, adalah masa suci yang sah. Maka apabila seorang wanita melihat suci satu hari, kemudian satu hari berikutnya ia melihat darah, maka hal tersebut hanya dihitung satu kali haid saja. Sebab sesungguhnya darah ke darah harus dihitung satu kali, oleh sebab itu maka pada contoh diatas (satu hari keluar darah dan satu hari bersih) tetap dianggap satu kali haid.

Adapun kesucian yang dihimpit oleh masa haid, maka tetap dianggap suci yang sah, sebagaimana yang telah kami sebutkan diatas. Pada masalah ini tidak ada bedanya antara masa darah keluar lebih lama dari masa darah tidak keluar, atau kedua masa tersebut sama, atau sebaliknya.

Misalnya: seorang wanita haid melihat darah keluar dari vaginanya selama dua hari, dan pada hari ketiga darah tersebut tidak keluar lagi, atau wanita tersebut melihat darah keluar selama satu hari dan pada hari kedua dan ketiga darah tersebut tidak keluar. Maka semua darah haid yang keluar –sekalipun diselangi dengan terputus- apabila berulang kali dan tidak melewati batas –kebiasaan- maksimal masa haid ,hanya dihitung satu kali haid saja.

Adapun jika darah tersebut keluarnya kurang dari satu hari, misalnya selama setengah hari ia melihat darah tersebut keluar, kemudian setengah hari sisanya darah tersebut tidak keluar lagi, atau darah tersebut keluar perjam. Maka Ulama Mazhab Hambali berpendapat: hukumnya sama saja dengan darah haid yang keluar dengan hitungan perhari atau perdua hari –sebagaimana yang disebutkan diatas tadi-. Dengan kata lain darah yang keluar berulang kali, selama  tidak melebihi masa maksimal haid, maka hanya dianggap satu kali masa haid.

Dan darah haid yang bentuknya seperti ini, apabila dijumlahkan semua masa keluarnya darah, dan tidak mencapai minimal–kebiasaan- masa haid, maka darah tersebut bukan haid, melainkan darah penyakit.

Pendapat lain mengatakan: bahwa darah yang keluar seperti yang digambarkan diatas, tidak dapat dikatakan sebagai haid, kecuali sebelumnya wanita tersebut penah mengalami haid yang normal dengan mengeluarkan darah secara terus menerus.

Semua yang disebutkan diatas adalah pendapat mazhab Syafi'i. Dan salah satu pendapat Imam Syafi'I r.a mengatakan bahwa suci yang terdapat diantara dua darah, juga dianggap sebagai masa haid.

Menurut saya: uraian yang disebutkan diatas masih terkesan tabu, maka disini akan memperjelas lagi –wallahu a'lam- maksud dari perkataan diatas: apabila seorang wanita –dimasa haidnya- satu hari melihat darah, lalu dihari kedua ia tidak melihatnya, kemudian dihari ketiga darah itu keluar lagi, dan seterusnya, maka jika keadaan seperti itu masih dalam masa haid maka darah tersebut adalah darah haid. sedangkan terputusnya darah tersebut pada hari kedua dan keempat tidak memberikan pengaruh sedikitpun terhadap darah haid yang keluar pada hari pertama dan ketiga. Kecuali pada hari kedua atau keempat tersebut ia melihat al-qusshah al-baidhâ'.

Namun hal ini –sejauh pengatetahuanku- tidak pernah terjadi. Aku tidak pernah mendengar ada perempuan yang melihat al-qusshah al-baidhâ' keluar dihari kedua kemudian pada hari ketiga keluar lagi darah haid setelah itu pada hari keempat keluar lagi al-qusshah al-baidhâ' dan seterusnya.

Dengan demikian maka terhentinya darah haid pada hari –misalnya- kedua atau keempat tidak menjadi ukuran. Akan tetapi yang menjadi ukuran suci adalah keluarnya al-qusshah al-baidhâ' setelah darah haid tidak keluar lagi. Wallahu a'lam

Pendapat seperti inilah yang telah difatwakan oleh Syaikh Abdullah al-Jabrîn r.a (salah satu ulama dari Riyadh). Ketika beliau ditanya oleh seorang wanita dengan pertanyaan sebagai berikut ini: Misalnya seandainya -pada kebiasaannya- ketika saya sedang haid, darah keluar selama dua hari, kemudian dihari ketiga darah tersebut tidak keluar lagi, lalu dihari keempat ia kembali keluar, maka apakah saya diwajibkan shalat pada hari ketiga?

Beliau menjawab dengan mengatakan: selama wanita tersebut masih dalam masa haidnya seperti pada kebiasaannya yang telah ia ketahui, maka ia tidak diwajibkan shalat pada hari ketiga, puasa –seandainya ia melakukannya- yang ia lakukan pada hari ketiga, disaat masa haid yang biasa ia lewati belum habis maka puasanya tidak sah. Sekalipun darah tersebut terhenti untuk beberapa hari. Jadi selama masa haid yang menjadi kebiasaannya belum habis, atau ia tidak melihat al-qushah al-baidhâ', maka ia wajib meninggalkan semua shalat –selama belum habis masa haid yang telah menjadi kebiasaan-, tidak berpuasa, tidak boleh menyentuh al-qur'an[1] sebelum sempurna masa haidnya (Fatawa al-Mar'ah, rangkuman Muhammad al-Musannad hal 26)


[1] . Hukum menyentuh al-Qur'an bagi wanita yang sedang haid telah kita kupas bersama. Silakan merujuk kembali pada babnya.

Artikel Terkait:

your ad here

comments

0 Responses to "MAKNA AT-TALFÎQ"

Speak Your Mind

Tell us what you're thinking...
and oh, if you want a pic to show with your comment, go get a gravatar!

eNews & Updates

Sign up to receive breaking news
as well as receive other site updates!

Daftar Isi

Loading...